Match Fixing atau pengaturan hasil pertandingan dan skandal judi esport ternyata tidak hanya ada di cabang olah raga fisik saja, namun sudah merambat ke olahraga elektronik atau yang kita kenal dengan esports. Inilah beberapa dari sekian banyak skandal judi esports yang pernah terjadi.
Kalau bicara skandal judi esports sebenarnya ada banyak sekali, hampir setiap game esports memiliki skandalnya masing-masing, namun kita hanya akan memilih tiga kasus match fixing atau skandal judi esports, yang banyak tersebar luas baik di Indonesia atau di luar negeri.
Apa itu Match Fixing ? Match fixing adalah kejadian di dalam suatu pertandingan dimana hasil dan skor dari pertandingan tersebut sudah diatur oleh seseorang sehingga orang tersebut bisa menebak hasil akhir dari pertandingan nya.
CS:GO Lotto ( Counter Strike : Global Offensive )
Mungkin untuk kalian yang bermain CS:GO sudah familiar dengan kejadian yang satu ini, kejadian yang melibatkan dua streamer dengan nama besar di CS:GO, yaitu TmarTn dan ProSyndicate.
Keduanya merupakan streamer game CS:GO hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membuat situs judi bernama CS:GO Lotto, dengan sistem seperti kasino di Las Vegas, Sekitar tahun 2015 kejadian ini terjadi.
Pada saat itu situs judi esport CS:GO Lotto mulai meledak, banyak game yang di jadikan ajang taruhan salah satunya adalah CS:GO. Melihat peluang ini, kedua streamer ini akhirnya memutuskan untuk membuat situs judi yang sama, namun masalahnya adalah bagaimana cara agar situs yang baru ini bisa ramai pengunjung.
Banyak situs sejenis yang juga menawarkan berbagai macam keuntungan jika bergabung, lantas apa yang harus dilakukan agar situs judi esport dengan nama CS:GO Lotto ini menjadi ramai pengunjung. Jika menggunakan jasa advertising jelas mahal.
Maka cara terakhir adalah dengan membuat livestream atau react video, keduanya bermain disitus sbobet bola online miliknya dan memenangkan banyak sekali hadiah menarik hanya dengan modal yang sedikit. Tapi orang tidak akan percaya jika keduanya menang terus.
Kemudian keduanya juga membuat livestream pada saat mereka kalah, hingga pada akhirnya ada salah satu streamer dari komunitas Call of Duty dengan nama HonorTheCall, membuat satu video tuduhan bahwa CS:GO Lotto merupakan milik dari TmarTn dan ProSyndicate.
Permasalahan ini ternyata tidak berhenti sampai disini saja, ini membuat salah satu badan pemerintahan Amerika, turun tangan untuk menyelidiki kasus yang melibatkan dua streamer ini. Yang menjadi perhatian dari badan pemerintah selain tindakan penipuan ini adalah Valve yang merupakan pemilik dari game CS:GO.
Karena secara tidak langsung Valve seperti menyetujui judi esport yang menggunakan salah satu game nya.
Dan hasilnya, banyak ribuan akun yang terlibat dalam perjudian tersebut mendapatkan banned atau larangan dalam bertransaksi. Padahal sebelumnya valve tidak membatasi pemain untuk melakukan transaksi skin di CS:GO.
Judi Esport Dota 2 ‘322’
Skandal judi esport selanjutnya merupakan kejadian yang mungkin tidak hanya familiar untuk anak Dota 2 saja, namun hampir semua yang terlibat di dalam esports. Karena akibat kejadian ini, ungkapan ini digunakan oleh hampir semua skema esports apabila ada kejadian match fixing dan judi esport terjadi.
Sebenarnya insiden 322 ini, bukan yang pertama terjadi di Dota 2. Namun kejadian ini berubah menjadi sesuatu yang ikonik dan akan terus dikenang oleh para penikmat esports khususnya Dota 2.
Terjadi pada tahun 2013 silam, tepatnya diturnamen StarSeries Season enam, yang menimpa salah satu pemain RoX.KIS yaitu Alexei “Solo” Berezin. Dimana RoX.KIS pada saat itu akan melawan zRAGE.
Pertandingan yang hasil akhirnya sebenarnya tidak akan mengubah keadaan apapun ini, ternyata menjadi ajang untuk mencari untung terutama bagi para pemain RoX.KIS itu sendiri. Pertandingan yang seharusnya dengan mudah dimenangkan oleh RoX.KIS justru malah terlihat begitu aneh.
Bagaimana tidak, RoX.KIS yang lebih diunggulkan ternyata harus terbantai hingga lebih dari 50 kill pada pertandingan ini dan terjadi pada menit ke-23. Sebuah hal yang jarang terjadi untuk kelas turnamen internasional.
Setelah diselidiki ternyata pemain RoX.KIS terlibat dalam skandal match fixing. Hal ini menyebabkan SOLO mendapatkan banned seumur hidup tidak dapat mengikuti turnamen ini, dan untuk timnya mendapatkan sanksi 3 tahun tidak bisa ikut turnamen.
Dan lucu nya lagi Alexei “Solo” Berezin hanya bertaruh $322 melawan timnya sendiri dan kemudian dengan sengaja kalah dalam permainan. Semenjak itu, istilah 322 mengambil arti sengaja kalah dalam pertandingan atau kental dengan match fixing atau judi esport.
Karena saking terkenalnya sehingga membuat para influencer Dota 2 yaitu para caster, analist dan juga pemain menggunakan kata-kata “322 scandal” sebagai pengganti kata dari match fixing. Mungkin karena itulah istilah 322 yang terjadi lima tahun silam masih tetap kita ingat dan gunakan hingga sekarang.
Kasus Suap Judi Esport ESL Indonesia Dota 2
Mungkin masih segar di ingatan kita, bahwa terjadi percobaan kasus suap pada gelaran turnamen ESL Indonesia untuk divisi Dota 2, salah satu pro player dari salah satu organisasi esports terkemuka ditawari oleh oknum uang sebesar Rp 30 Juta.
Dengan syarat jika mereka harus kalah 1 babak dari best of two series, di ESL Indonesia divisi Dota 2.
Menjawab pertanyaan mengenai apakah sang oknum sering memberikan penawaran sejumlah uang kepada pro player Dota 2 lain untuk mempengaruhi hasil pertandingan, sang pemain mengatakan bahwa ia kurang mengetahuinya. Namun ia mengungkapkan beberapa rekannya juga ditawari hal yang sama.
Ia juga menambahkan bahwa tidak hanya pemain Indonesia, pemain kelas 1-2 juga diberikan tawaran serupa dengan nilai yang tidak diketahui. Perlu diketahui, bahwa sang pemain tersebut menolak mentah-mentah tawaran ini.
Semoga praktik judi dan juga match fixing tidak mempengaruhi integritas para pro player lokal dan juga para organisasi yang terlibat di dalamnya. Karena jika ini terus berlanjut, rasanya akan sulit bagi skena esporst lokal untuk terus berkembang.